SEJARAH KOTA TERCINTA KUTOARJO KABUPATEN PURWOREJO
Kutoarjo adalah kota kecil di Pesisir Pantai selatan Pulau Jawa, Kota tempat kelahiranku tepatnya di Rumah Sakit Palang Biru Pada Hari Selasa Tanggal 14 Juni 1986. Kutoarjo awal mulanya bernama Semawong sejarah diawali dengan pertama kalinya berdirinya Mataram Islam oleh Danang Sutowijoyo atau Panembahan Senopati Loring Pasar putra dari Ki Ageng Pemanahan, pada masa itu nama Semawung sudah ada dan semawung sendiri berasal dari nama saudagar benang dari Cina yang bernama Sie mau wong yang tinggal disitu.
Foto. Makam cikal bakal semawung saudagar benang dari cina yang bernama "Sie mau wong"
Pada waktu itu Danang Sutowijoyo memperistri putri dari Ki Ageng Panjawi penguasa Pati yang juga sahabat ayahnya Ki Ageng Pemanahan, yang bernama Waskitajawi untuk di jadikan permaisuri yang nantinya bergelar Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan melahirkan Mas Jolang. Ki Ageng Panjawi adalah cucu Kanjeng Sunan Kali Jogo dari salah satu putrinya Sunan Kalijogo yang bernama Ratu Penengah yang menikah dengan Ki Ageng Ngerang III Pati dan mempunyai putra bernama Ki Ageng Panjawi.
Kyai Ageng Ngerang I (Sunan Ngerang I atau Syeh Muhammad Nurul Yaqin) yang mempunyai wilayah kekuasaan di Juwana dan mempunyai istri Nyai Ageng Ngerang/Dewi Roro Kasihan
Danang Sutawijaya mendirikan Kesultanan Mataram tahun 1587. Putra pertama Ki Ageng Panjawi yang bernama Wasis Jayakusuma menjadi Adipati Pati bergelar Adipati Pragola Pati I.
Adipati Pragola Pati I Secara suka rela ia tunduk kepada Mataram karena kakaknya dijadikan permaisuri utama bergelar Ratu Mas, sedangkan Mas Jolang sebagai putra mahkota.
Pada tahun 1590 Pragola ikut membantu Mataram menaklukkan Madiun. Pemimpin kota itu yang bernama Rangga Jemuna (putra bungsu Sultan Trenggana Demak) melarikan diri ke Surabaya.
Putri Wasis Jayakusuma/Adipati Pragola pati I yang bernama Retno Dumilah diambil Panembahan Senopati sebagai permaisuri kedua.
Peristiwa ini membuat Pragola sakit hati karena khawatir kedudukan kakaknya. Perjuangan Panembahan Senopati sudah tidak murni lagi. Pemberontakan Pati pun meletus tahun 1600 M. Daerah-daerah di sebelah utara Pegunungan Kendeng dapat ditaklukan Pragola.
Panembahan Senopati mengirim Mas Jolang yang tak lain adalah keponakan Wasis Jayakusuma/Adipati Pragola pati I ,untuk menghadapi pemberontakan Pragola paman dari Mas Jolang. Paman dan keponakan akhirnya bertempur, Kedua pasukan bertemu dekat Prambanan. Pragola dengan mudah melukai keponakannya itu sampai pingsan.
lalu Panembahan Senopati berangkat untuk menumpas Pragola. Menurut Babad Tanah Jawi, Ratu Mas sudah merelakan kematian adiknya. Pertempuran terjadi di Prambanan. Pasukan Pragola kalah dan mundur ke Pati. Panembahan Senopati mengejar dan menghancurkan kota itu. Akhirnya, Adipati Pragola pun hilang tidak diketahui nasibnya.
Wasis Jayakusuma/Adipati Pragola Pati I mempunyai putra :
1. Raden Mas Tdjoemantoko.
2. Kanjeng Ratu Beroek/Putri Moertisari.
3. Raden Mas Baoeredjo.
Foto Makam Raden Mas Tumenggung Tdjuemantoko adipati pertama semawung/kutoarjo di Bukit Satria Desa Kaliwatubumi.
Setelah dewasa Raden Mas Tdjoemantoko oleh sepupunya anak dari Budenya yang bernama Raden Mas Jolang yang telah menjadi Raja menggantikan ayahhandanya, menjadi sultan Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram (lahir: Kotagede, ? - wafat: Krapyak, 1613 M) adalah raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613 M. Ia juga sering disebut dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak". Tokoh ini merupakan ayah dari Sultan Agung, Raja terbesar Mataram yang juga Pahlawan Nasional Indonesia.
Raden Mas Tdjoemantoko diangkat menjadi Tumenggung di Semawung tlatah bagelen oleh Sepupunya yang bernama Raden Mas Jolang yang telah menjadi Raja menggantikan ayahhandanya, menjadi Sultan Mataram dengan gelar Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram dan Raden Mas Tdjoemantoko diberi gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko. setelah Raden Tumenggung Tdjoemantoko wafat dan di makamkan di bukit Satria desa kaliwatubumi kecamatan Butuh yang masyarakat juga sering menyebut dengan MBAH GIRI TDJUEMANTOKO.
Kemudian putra beliau yang bernama Raden Mas Kowoe/Ki kowoe menggantikan ayahhandanya menjadi Tumenggung Semawung dengan gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko II.
Raden Tumenggung Tdjoemantoko II mempunyai putra bernama Raden Mas Gatoel.
setelah dewasa Raden Mas Gatoel mingin mencari pengalaman, oleh ayahhandanya
Raden Mas Kowoe/Ki kowoe mengijinkan dan disuruhnya mengabdi Kepada Adipati Jojokusumo di Kadipaten Gombong (kebumen). disana Raden Mas Gatoel pertama kalinya menjadi prajurit biasa saja.
kepandaian Raden Mas Gatoel dalam olahkanuragan, Beladiri, dan keprajuritan sangat bagus kemudian beliau dijadikan pengawal pribadi "kajineman" Adipati Jojokusumo mengawal sowan ke Kartosuro,
makanya Raden Mas Gatoel juga disebut dengan Kyai/Ki Jinem.
Foto makam Kyai/Ki Jinem alias RM. Gatoel di kelurahan Semawung Kembaran Kutoarjo
Setelah Raden Mas Kowoe/Ki kowoe atau Raden Tumenggung Tdjoemantoko II wafat dan di makamkan di Desa kuwurejo maka otomatis kedudukannya digantikan Raden Mas Gatoel/Ki Jinem dengan gelar Raden Tumenggung Tdjoemantoko III.
Konon Raden Tumenggung Tdjoemantoko III suka berkelana sempat menemukan pusaka Kraton didalam kayu jati di daerah bruno Pusaka keris kecil yang bernama Kyai Sawunggalih, setelah itu Raden Tumenggung Tdjoemantoko III dalam tidurnya bermimpi kalau itu adalah Pusaka Kraton dan minta untuk dikembalikan, lalu pusaka itu dikembalikan di kraton dan diterima dengan senang hati oleh Raja.
Raden Tumenggung Tdjoemantoko III.mempunyai putra bernama Raden Mas Bancak. setelah Raden Tumenggung Tdjoemantoko III wafat dan di makamkan di Semawung Kembaran kecamatan Kutoarjo. maka kedudukan diteruskan oleh putranya yang bernama Raden Mas Bancak dengan gelar Tumenggung Bantjik Kertonagoro Sawunggalih I setelah wafat digantikan putranya yang bergelar Tumenggung Kertonagoro Sawunggalih II, pada saat itu pusat pemerintahan dipindah dari Semawung kembaran ke Semawung Daleman.
Foto makam Raden Tumenggung Banjik Kertonegoro Sawunggalih I di Kelurahan Semawung kembaran Kutoarjo.
Sesudah Tumenggung Bantjik Kertonegoro Sawunggalih II wafat, diganti oleh menantunya Raden Mas Soerokusumo yang sebelumnya menjabat patih di Kabupaten Ambal (kebumen). pada saat pemerintahan Raden Mas Soerokusumo pusat pemerintahan dari Semawung Daleman dipindah ke Desa Senepo dan Senepo diganti nama Kutoarjo. Raden Mas Soerokusumo menjadi Bupati pertama di Kutoarjo bergelar Raden Adipati Soerokusumo.
foto. Makam Tumenggung Bantjik Kertonegoro Sawunggalih II
Dalam Catatan Ditemukan Pertumbuhan perdagangan di Kabupaten Kutoarjo lebih maju di banding kabupaten Purworejo, di kutoarjo waktu itu banyak pengrajin tenun dan barang pecah belah dari tanah liat. Semawung diperkirakan merupakan daerah perdagangan yang cukup ramai, saat itu banyak pedagang-pedagang Cina berdatangan.
Raden Adipati Soerokusumo setelah wafat dimakamkan di makam Ageng Loano, pengganti RAA Soerokusumo atas kebijaksanaan Sunan Pakubuwono bukan putra RAA Soerokusumo, tetapi dipilih dari pejabat yang langsung Kerabat Kraton yakni Buyut Hamengku Buwono I yaitu RAA Pringgo Atmodjo yang memerintah sampai tahun 1870.
Masa pemerintahan Raden Adipati Soerokusumo membangun kantor Kabupaten diatas tanah seluas 8 hektar, sampai berakhirnya pemerintahan Raden Adipati Soerokusumo pembangunan belum selesai dan dilanjutkan oleh RAA Pringgo Atdmodjo sampai tahun1870 sudah lengkap dengan Alun-alun Kutoarjo. waktu itu dibangun pula rumah kepatihan yang kini menjadi kantor kecamatan Kutoarjo. sedangkan rumah dinas dan kontrolir yang terletak di dusun tegal desa senepo sebagian masih utuh dan sekarang dijadikan untuk Mapolsek Kutoarjo, kantor Landraad/kejaksaan di sudut alun-alun Kutoarjo yang sekarang dimanfaatkan oleh PDAM.
Foto Makam Bupati Kutoarjo Kedua ( II ) RAA Pringgo Atdmojo bersama garwo padmi beliau di Bukit Satria Desa Kaliwatubumi, Butuh.
Foto. setelah dipugar oleh ahlli waris beliau dari yogyakarta Makam Bupati
Kutoarjo Kedua ( II ) RAA Pringgo Atdmojo bersama garwo padmi
waktu pemerintahan RAA Pringgo Atdmodjo kabupaten Kutoarjo dibagi menjadi empat kawedanan yakni :
kemiri, pituruh, ketawang, dan purwodadi.
sedang masjid Jamik Kutoarjo dibangun tahun 1860 lengkap dengan kantor pengadilan agama atau pengulu.
Tahun 1875 masjid jamik Kutoarjo dipugar oleh RAA Poerbo Atdmodjo.
pesatnya perdagangan di Kutoarjo setelah dibangun rel Kereta api Yogyakarta - Purwokerto tahun1880 - 1885 kemudian pada tahun 1890 dibangun rel kereta dari Kutoarjo - purworejo.
Berikut Nama - nama Penguasa di Kadipaten Semawung terus kemudian menjadi Kabupaten Kutoarjo yang awal mulanya wilayahnya luas sampai purworejo :
1. Raden Tumenggung Tdjoemantoko I. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
2. Raden Mas Kuwu/Raden Tumenggung Tdjoemantoko II. ( Makamnya Di Desa Kuwurejo, Kecamatan Kutoarjo )
3. Raden Mas Gatoel/Ki Jinem/Raden Tumenggung Tdjoemantoko III. ( makamnya di Kelurahan Semawung Kembaran, Kutoarjo )
4. Raden Bantjak/Tumenggung Bantjik Kertonegoro Sawunggalih I. ( makamnya di Kelurahan Semawung kembaran, Kutoarjo )
5. Tumenggung Kertonegoro Sawunggalih II. ( makamnya di Kelurahan Semawung daleman, Kutoarjo )
6. RAA Soerokusumo. ( Makamnya di Pesarean Ageng Loano Purworejo )
7. RAA Pringgo Atmodjo sampai tahun 1870. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi dekat makam Raden Tumenggung Tdjoemantoko I )
8. Kanjeng Pangeran RAA Toerkidjo Poerbo Atdmodjo 1870 - 1915. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
9. K.RAA Poerbo Hadikoesoemo 1915 - 1933. ( makamnya di bukit Satria kaliwatubumi )
Foto Makam Patih Kutoarjo Raden Ngabehi Djojo Prabongso di makam ditulis meninggal tahun 1829 makamnya di Belakang Masjid At-Taqwa desa Pringgowijayan, Kutoarjo.
RAA Toerkidjo Poerbo Atdmodjo ahli pembangunan Bendungan
Selama ini banyak orang menyangka, pembangunan bendungan di Kutoarjo dan purworejo ditangani oleh para ahli dari belanda. Namun sejarah menunjukkan bendungan di Kutoarjo dan purworejo yamg dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda ditangani oleh arsitek bendungan pribumi yang bernama Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo putra RAA Pringgo Atdmojo Bupati kedua kabupaten Kutoarjo.
Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo sejak muda dikenal sebagai seorang yang senang pada tehnik bangunan air, akhirnya mendapat kesempatan belajar di kalkuta India untuk mempelajari masalah irigasi.
Di Kalkuta India Raden Mas Toerkidjo Purbo Atmodjo mempelajari tehnik bangunan bendungan sungai Gangga India. setelah kembali, pengetahuan yang didapat dari India diterapkan didaerahnya. RAA Tjokronegoro II minta dibangunkan bendungan di sungai Bogowonto. atas keberhasilannya membangun bendungan Boro, akhirnya diangkat sebagai mantri Bendungan atau mantri Pengairan.
Selain bendungan dan selokan yang mengambil air dari sungai Bogowonto, Raden Mas Toerkidjo membangun pula bendungan sawangan di sungi jali, bedono, dan gebang. bendungan-bendungan tersebut antara lain :
- Bendungan sawangan di Sungai Jali.
- Bendungan Bandung di Sungai Jali.
- Bendungan Siwatu di sungai Jali.
- Sluis Saudagaran.
- Sluis Suren.
- Saluran Loning.
sedang dari Sungai bedono dan Gebang dibangun pula :
- Bendungan pekatingan.
- bendungan Kedung Gupit.
- Bendungan Kalimeneng.
- Dam Rebug.
- Saluran Kali Anyar.
Hampir semua bendungan yang dibangun pada masa Raden Mas Toerkidjo meskipun umurnya sudah tua dan lebih dari satu abad masih banyak yang kokoh. Termasuk Sluis suren hingga saat ini masih berfungsi baik.
Raden Mas Toerkidjo yang dikenal sebagai ahli tehnik bangunan air, pada tanggal 19 Oktober 1870 dengan surat keputusan Gubernur Jendral Pemerintah Hindia Belanda di Bogor ditetapkan menjadi Bupati Kutoarjo bergelar RAA Toerkidjo Poerboatmodjo.
Bupati yang dikenal ahli bangunan irigasi, pada tanggal 30 Juli 1887 mendapat gelar adipati atau lengkapnya disebut Raden adipati Toerkidjo poerboatmodjo.
Kemudian pada tanggal 01 oktober 1910 kembali medapat gelar Pangeran, hingga wafatnya bernama Pangeran Toerkidjo Poerbo Atmodjo dimakamkan di Gedung Papak Bukit Satria desa Kaliwatubumi Kecamatan Butuh.
Pangeran Toerkidjo Poerbo Atmodjo Ber-Besan dengan Sampeyan Dalem K.G.P.A. Pakoe Alam V Yogyakarta. yang menikahkan Putra-nya yang kelak meneruskan kepemimpinan beliau dengan Putri kedua Sampeyan Dalem K.G.P.A. Pakoe Alam V dengan garwo/istri ampeyan R.Ay. Tedjosari.
Foto Makam Pangeran Toerkirdjo Poerbo Atmodjo bersama garwo padmi di Gedung Papak Bukit Satria desa Kaliwatubumi Kecamatan Butuh.
Setelah Pangeran Toekirjo Poerbo Atdmodjo wafat pemerintahan diteruskan Putra beliau yang bernama K.RAA Poerbo Hadikusumo dengan garwo Padmi adalah Puteri kedua Sampeyan Dalem K.G.P.A. Pakoe Alam V Yogyakarta saking garwo/istri ampeyan R.Ay. Tedjosari bernama Bandoro Raden Ayu Adipati Aryo/B.R.Ay.A.A Purbo Hadikusumo dengan nama asli Timur B.R.Ay Sumiyati. B.R.Ay.A.A Purbo Hadikusumo adalah Puteri Kinasih/kesayangan K.G.P.A. Pakoe Alam V. Makam B.R.Ay.A.A Purbo Hadikusumo/B.R.Ay Sumiyati tidak di Kutoarjo tapi di Makam Pakualaman Giri Gondo Yogyakarta. sedangkan kakak kandung B.R.Ay Sumiyati yang berarti juga Kakak Ipar K.RAA Poerbo Hadikusumo, yang bernama K.P.A.A. Kusumoyudo dengan Asmo/Nama Belanda Lan Raad Van Baheer menjadi Bupati Ponorogo Jawa Timur, dan beliau dimakamkan/dikubur di Negeri Belanda.
Foto. Makam K.RAA Poerbo Hadikusumo di bukit satria kaliwatubumi
Sedangkan garwo Ampeyan (istri Kedua) dari K.RAA Poerbo Hadikusumo adalah Putri Bupati Wonosobo yang bernama R.Ay.A. Purbo Hadikusumo yang penulis belum mengetahui Nama asli timur beliau, beliau dimakamkan di bukit satria kaliwatubumi dan dengan garwo ampeyan ini cuman punya satu anak yang menjadi Bupati Kendal dengan Nama R.M.T. Carzwitz Purbo Atdmodjo Adisuryo.yang makamnya juga ada di Kutoarjo tepatnya di bukit satria kaliwatubumi.
Kutoarjo pada masa Bupati RAA Poerbo Hadikusumo atas perintah Pemerintah Hindia Belanda tahun 1933 untuk menyatukan Kabupaten Kutoarjo dan Kabupaten Purworejo, dan Bupati Purworejo saat itu adalah RAA Hasan Danudiningrat. akhirnya penggabungan dua Kabupaten terjadi pada tahun 1933.
Foto salah satu Yoni peninggalan Agama Hindhu di makam - makam Penguasa/Pendiri Kota Kutoarjo Di Bukit Satria desa Kaliwatubumi, Butuh.
Sejarah kutoarjo atau dulu yang bernama semawung lebih tua daripada purworejo yang dulu bernama brengkelan, Sejarah Kutoarjo dimulai dengan adanya Mataram Islam dan penguasa - penguasanya masih garis keturunana Ningrat/Kraton, sebagian Purworejo sendiri awal mulanya masih kekuasaan kutoarjo tapi karena kekuasaan belanda juga intrik belanda di Kraton, lalu Belanda membuat Kadipaten baru yang bernama Purworejo/brengkelan setelah Pasca Perang Besar Perang Diponegoro dengan mengangkat seorang abdi dalem/mantri gladak menjadi Bupati serta karena prestasinya di mata Penjajah Belanda yang beliau dapat melawan pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro salah satunya seperti Gagak pranolo juga Gagak handoko dan sebagainya juga membunuh Pangeran - Pangeran di gunung kelir setelah itu kepalanya disembelih dan ditancapkan di ujung tombak serta diarak. oleh karena tidak memiliki rasa Nasionalisme, Patriotik dan contoh yang buruk bagi generasi muda, DPRD II Purworejo mencari hari jadi lainya hari jadi purworejo dicari pada masa hindu yang gak ada hubunganya sama sekali dengan keberadaan Purworejo, dan bukan dari Bupati pertama Purworejo.
Nama adipati sawunggalih diabadikan dengan nama kereta api kebanggan masyarakat Kutoarjo, sekolah, hotel, poletehnik dan sebagainya. pertanyaannya sekarang kapan kutoarjo menjadi sebuah kota yang sebenarnya? hari jadi kutoarjo tentunya semenjak Tumenggung Djumantoko I menjadi penguasa di kutoarjo.
Tahun 1830 perang Jawa/Perang Diponegoro telah usai sebab Pangeran Diponegoro telah ditangkap di Magelang 25 Maret 1830 dan diasingkan ke Manado yang kemudian dipindahkan ke makasar, Namun Para Pengikutnya masih melakukan perlawanan dimana-mana dengan dukungan para petani yang merasa tertindas dengan diberlakukanya tanam paksa. salah satu daerah yang paling gigih melakukan perlawanan terhadap belanda adalah daerah selatan tanah bagelen yang disebut urut sewu, dimana disana banyak pengikut-pengikut yang setia dan loyal kepada Pangeran Diponegoro. darah setia itu menurun kepada anak turun pengikut Pangeran Diponegoro, salah satu tumenggung yang melakukan perlawanan adalah Tumenggung Surodirjo yang melakuakan perlawanan di daerah Ambal Kebumen, walaupun konon beliau tewas tanpa luka dan di makamkan di pemakaman umum desa Pringgowijayan Kutoarjo.
Pemberontakan di Kutoarjo muncul tahun 1847 yang disusul tahun-tahun berikutnya, perlawanan melawan terhadap kolonialisme dan sistem ekonomi liberal tersebut dilakukan secara grilya yang dinamakan "Kraman", Kraman adalah suatu perang Grilya dengan melakukan penyerangan terhadap kereta gerobak milik belanda yang melintas di jalan dan kemudian setelah berhasil para penyerang menghilang. Belanda menyebut orang-orang yang melakukan penyerangan kraman adalah Brandal atau Gerombolan Kecu. Perlawanan tersebut berlanjut kadang-kadang dilakukan secara pererongan/individu sehingga kemudian perlawanan tersebut merupakan salah satu tolak ukur keberanian Laki-laki di daerah Kutoarjo.
Sebenarnya banyak penguasa Di Kadipaten Semawung/Kutoarjo yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro tanpa sepengetahuan Belanda, makanya untuk mengawasi gerak - gerik para Bupati Kutoarjo Belanda menempatakan pengawas di Dusun Tegal yang sekarang digunakan untuk Kantor Mapolsek Kutoarjo.
Diceritakan dan ditulis oleh : Ndandung Kumolo Adi.
Alamat : Perum argopeni Jln. Bromo No. 72 Rt. 06 Rw. 05 Kutoarjo - Purworejo
mau tanya tentang sejarah mbah kakung saya yang berada di kutoarjo bisa bantu kang mas?
BalasHapusnama mbah kakung saya Atmosukarjo beliau dimakamkan di kutoarjo, saya ingin mengetahui silsilah keluarga saya.
bisa minta kontaknya kang mas ke email saya harki.nugraha@gmail.com atau di harkinugraha@yahoo.com
Datangi langsung tkp oom, kemarin sy jg berhasil menemukan keluarga bapak saya disana, masih ada dan tersebar
Hapuswahh keren juga, baruu tauu sejarahh kota masa kecilku. thanks broo.
BalasHapusBukit Satria, desa Kaliwatubumi, Kecamatan Butuh itu sama dengan Gunung Pocong ea?
BalasHapusAssalamu'alaikum.
BalasHapusAlhamdulillah....terimakasih untuk tulisannya yg sangat bermanfaat u/ kel kami.
Perkenalkan, saya Fitri Nurulita (Bandung, Jabar), Putri bungsu dari R.Nganten. Nawangsasih (Putri Pertama R. Tjokro Sumarto (nk. sudjud ) (glondoing) + Istri II Anggominah )
Semoga dpt menjalin tali silaturahmi dgn saudara-saudara ku.
Saya cari di FB nama penulis tidak ada, kalau ada tolong invite saya di Fitri Nurulita Rofiansyah.
Terimakasih.
Wassalam
maaf bukankah Retno Dumilah itu putri Rangga Jumena Bupati Madiun bukan putrinya Adipati Pragola I?
BalasHapusmas saya di mintai tolong terkait dengan informasi tentang RAA Toerkidjo Poerbo Atdmodjo, utk pembuatan buku mengenai 15 orang tim yg di bentuk belanda yg membidangi tentang pengairan, lha beliau ( RAA Toerkidjo Poerbo Atdmodjo) konon satu2nya pribumi, mohon pencerahannya mas, kalau bisa kopi darat?
BalasHapuslike
BalasHapussaya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapusSampean sepertinya keturunan wong kere yg tdk suka dgn sejarah keturunan wong priyai..jujur aja, komentar sampean itu sampah..
HapusPerkenalkan.. saya palupi turunan ke 7 dari Tumenggung Surodirjo(menurut cerita eyang saya). Kemana ya saya harus mencari silsilah leluarga Tumenggung Surodirjo?menurut cerita eyang saya, kami keturunan langsung dari istri sah.. nah sya berniat mencari tahu siapa nama istri tumenggung dan sejarah perlawanan Beliau dlaam msmbantu perjuangan Pangeran Diponegoro.
BalasHapusSalam persaudaraan, Alhamdulillah saya setiap tahun nyekar dan menyambangi ke pesarean Eyang Tumenggung Surodirjo I,
HapusMenurut cerita alm bpk sy..orangtua dr bpk sy (mbah sy) memiliki seorang kakak perempuan yg bernama Setriwati yg diperistri oleh adipati Poerbo Atmojo (bpk sy tdk menjelaskan istri yg keberapa)dan karena orangtua bpk sy (mbah) tdk bermukim di desa Bandungrejo Kec.Bayan tp di Cirebon sebagai kepala Stasiun (sep) hubungan kelg menjadi terputus smp mbah sy pensiun dan kembali pulg kampung pd thn 1932..Disini sy ingin mencoba menjelaskan silsilah dr Setriwati.
BalasHapusSetriwati adalah anak pertama dr 8 bersaudara dr Jogoprono (lurah desa Bandung dan beberapa desa di Kutoarjo waktu itu) makamnya ada di Gunung Tugel.
Menurut cerita turun temurun dr kelg sy, mbah buyut Jogoprono adalah seorang yg berilmu tinggi.Dimana diceritakan beliau hidup satu atap dgn 4 org istri sekaligus yg mana 2 istri beliau adalah hadiah dr penguasa karena dpt mengalahkan dan membunuh seorang kepala pegal didaerah tertentu.Walau ini bukanlah contoh panutan yg baik bagi masyarakat tp mmg spt itulah ceritanya.
Mbah Jogoprono adalah anak bungsu dr 3 bersaudara.(1.Potrowijoyo,2.Potrodiwiryo,3.Jogoprono) anak dr mbah Potroyudo yg jg seorang lurah di desa Bandung Kutoarjo zaman dulu.
Mbah Potroyudo bersaudara 5 orang.
(1.Joyodiwongso 2.Potroyudo 3.Nyai Sumenggolo 4.Setrodipo 5.Sutoyudo.)
Mbah Potroyudo bersaudara adalah anak dari Mbah Joyoprakoso.(makam dari mbah Potroyudo dan mbah Joyoprakoso ada di desa Bandung Kutoarjo dan msh terawat cukup baik)
Selanjut keturunan keatas dari mbah Joyoprakoso ada pd kelg sy.
Demikian kutipan silsilah dr kelg Setriwati yg diperistri (entah menjadi istri yg keberapa) oleh adipati Kutoarjo Purboatmojo..
Yg ingin sy tanyakan "Adakah nama dr Setriwati (mgkin) diantara istri2 dari adipati Kutoarjo Purboatmojo...mohon penjelasan dr penulis.trimks.
boleh saya minta email nya..
Hapus2020
BalasHapusmencoba menelusuri trah,,
apakah ada yg mengetahui trah MANGUNDRONO di Kutoarjo, kalau ada yg tahu, bolehlah email ke saya lookstrain216@gmail.com
terima kasih sebelumnya...
saya
HapusKalai sejarah Mbah Singontani dan Trahnya apakah ada..suwun.
BalasHapusMencari leluhur babad tanah desa Sudimoro kecamatan Tulangan kabupaten Sidoarjo Jawa timur indonesia
BalasHapusIngin mengetahui leluhur yang bernama Dermo sukar dan singodiwongso
BalasHapusCukup mengurangi rasa penasaran saya terhadap kota asal kakek saya sendiri. Saya belum sempat bertanya langsung dikarenakan beliau sudah meninggal duluan sebelum saya lahir. Dari cerita yg saya dengar beliau merupakan salah satu keturunan dari kerajaan kurtuarjo tersebut. Dan juga nama beliau dan bapak saya yg masih mendapa gelar raden
BalasHapusSaya ingin mengetahui makam eyan saya yg bernama raden karosuwiryo yg konong cerita perna menikah putri mandar yg bernama da,do punya anak bernama mumina...
BalasHapusBarangkali ada yang pernah dengar nama Raden ngabehi Sokaryo punya anak bernama Margono Todikaryo, konon berasal dari Kutoarjo, hanya ingin tahu siapakah beliau, apakah nama nama tersebut pernah tercatat di arsip kependudukan jaman Belanda, terima kasih
BalasHapusSaya keturunan VI dari eyang Tumenggung Surodirjo 1 yg makamnya di desa pringgowijayan, kutowarjo. Sedang di lokasi makam ada juga yg menurut Embah saya makam Ayah beliau yaitu Pangeran Adipati Notonegoro... Mohon info lebih dalam. Terima kasih
BalasHapusSaya sedang mencari keluarga almarhumah nenek kandung saya. Nama nenek saya hj salamah binti mijansurodiharjo.Krn Saya cuma di kasi petunjuk, disuruh ke terminal bus utk minta di tunjukkaan ke rumah raden ayu marfiah.. apabila ada orang asli kutoarjo saya mohon sekali bantuan agar bisa menemukan sodara saya disana.sekali lagi mohon bantuannya..
BalasHapusHi kak ... Perkenalkan saya diyan , ibu saya berasal dari karang duwur Kemiri . Dalam keluarga saya sering bercerita tentang kisah mbah Potroyudho yg menurut riwayat kami masih ada keturunan dengan beliau .Kalau tidak salah beliau dimakam kan di daerah kluwung. Dulu semasa alm mbah saya masih hidup , beliau sering berziarah ke makam mbah potroyudho.
BalasHapusSaya keturunannya mbah Potroyudo dari Mbah Ahmad Djoremi
Hapussedikit masukan info dari saya sebagai cucu keturunan ke 7 saat tanpa sengaja terpaksa harus mampir dan menginap di rumah Eyang Hadi Senepo akibat mendapat musibah mesin "overheat" dan mogok di Kutoarjo tidak jauh dari Senepo saat sedang dalam perjalanan ke Karang Sambung, Eyang Hadi secara spontan menceritakan bagaimana Eyang Sawung mendapat Gelar Adipati : Eyang Sawung mendapatkan "pusaka" ketika sedang berteduh atau menginap di hutan saat sedang menikmati hangatnya perapian, mendengar suara tangisan perempuan di dalam kayu yang terbakar, ketika kayu di belah ternyata ada sebuah patung dari emas : "Golek Kencono". Keesokan harinya dihaturkan ke Sultan di Jogjakarta, karena Eyang Sawung memahami kodham dalam "pusaka" tersebut adalah punggawa Kerajaan. Sebagai ucapan terimakasih Sultan pada waktu itu memberi Anugerah Gelar "ADIPATI" untuk Eyang Sawung yang saat itu masih bernama Joko Guthul. Nama Joko Guthul akhirnya diubah dan jadilah "Adipati Sawunggalih."
BalasHapusCerita lain: Joko Guthul mendapatkan hadiah dari Penguasa Ratu Kidul sebuah senjata di tangan kanannya: "mampu mengeluarkan Petir."
Paling penting untuk saya adalah ada sesuatu hadiah untuk salah satu di antara keturunan "ke 7" [setara dengan setelah 500 tahun sepeninggal Eyang akan hadir kembali : entah menitis "inkarnasi" atau terlahir kembali "reinkarnasi" tidak ada catatan atau data lain]
gur gari ngenteni titi wanci titi mongso lan nogodino. 4 nogo : nogososro sabuk inten. saya mendapat wisik ini saat melintas di depan pondok Kiani Khusni Doplang yang keahliannya memindahkan penyakit, menjadi inspirasi bagi saya untuk memindahkan "sakit" saya ke komputer atau laptop. 4 motherboard menjadi tumbal bagi penyakit saya, sebuah leptop "sekarat" tanpa saya ketahui ketika coba coba untuk menghidupkan tiba tiba bisa berfungsi dan sehat hingga saat ini untuk menuliskan komentar ini.