Setelah Perang
Diponegoro berakhir (1825-1830) daerah Banyumas dan Kedu (Bagelan)
terlepas dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta dan berada
langsung di bawah pemerintahan Hindia Belanda.
Jendral De Kock
mengunjungi Banyumas pada bulan November 1831 dan dengan Keputusan
Jendral Van Den Bosch tertanggal 18 Desember 1831 dibentuklah
Karesidenan Banyumas yang terdiri dari lima Kabupaten, yaitu : Banyumas,
Ajibarang, Purbalingga, Banjarnegara, dan Majenang.
Kabupaten Banyumas
pada masa itu terdiri dari tiga distrik yaitu : Banyumas, Adirejo, dan
Purworejo Klampok. Kabupaten Ajibarang terdiri dari tiga distrik yaitu :
Ajibarang, Jambu (sekarang Jatilawang) dan Purwokerto.
Karena bencana angin
topan selama 40 hari yang melanda Kabupaten Ajibarang pada tahun 1832,
maka ibukota Kabupaten pada tanggal 6 Oktober 1832 dipindahkan ke Desa
Paguwon, Distrik Purwokerto.
Bupati Ajibarang pada saat itu adalah Adipati Aryo Mertodirejo II yang dapat disebut juga sebagai Adipati Purwokerto I.
Rumah atau pendopo
Kabupaten Banyumas dan Kota Banyumas didirkan pada tahun 1582 oleh Kyai
Adipati Wargautama II yang dapat disebut sebagai Bupati Banyumas I dan
dikenal pula dengan sebutan Kyai Adipati Mrapat. Kemudian Adipati
Yudonegoro II (Bupati Banyumas VII tahun 1707-1743) memindahkan
Kabupaten Banyumas agak ke sebelah timur dengan sekaligus membangun
rumah Kabupaten berikut Pendoponya. Dan yang sekarang terkenal dengan
nama ?SI PANJI?.
Banyak cerita yang berhubungan dengan pendopo ?Si Panji? dengan keanehannya. Cerita itu antara lain :
1. Pada tanggal
21 s.d 23 Februari 1861 sebagaimana tersebut dimuka, kota Banyumas
dilanda banjir hebat (Blabur Banyumas) karena meluapnya Kali Serayu.
Sebagian pengungsi berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atas
pendopo "Si Panji". Setelah air bah surut, ternyata pendopo ini tidak
mengalami kerusakan atau perubahan sedikitpun pada keempat tiangnya
(saka guru). Bupati Banyumas pada masa itu adalah Raden Adipati
Cokronegoro I yang menjabat sejak tahun 1831.
2. Konon ketika
pendopo itu akan dibangun, semua sesepuh/tokoh masyarakat Banyumas
menyumbangkan calon saka guru pendopo atau bahan bangunan yang lain.
Semua Ki Ageng telah memenuhi permintaan Sang Adipati, kecuali Ki Ageng
Somawangi, sehingga ia dipanggil untuk menghadap Sang Adipati akan
dimintai keterangannya. Menghadaplah Ki Ageng Somawangi memnuhi
panggilan dinas Sang Adipati. Sementara itu pembangunan pendopo sedang
dikerjakan. Untuk menebus kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung
menyerahkan saka guru pendopo yang ia ciptakan dari ?tatal? dan
potongan-potongan kayu yang berserakan di sekitar kompleks pembangunan
itu. Hal itu oleh Sang Adipati tidak disambut baik, bahkan sebaliknya
itu dianggap suatu sikap ?pamer? atau mendemonstrasikan kebolehannya,
akibatnya malahan ia dituduh berniat akan ?njongkeng kewibawaan? sang
Adipati. Atas tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng marah, segera
meninggalkan Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati merasa sangat
tersinggung, segera menyuruh prajurit kabupaten supaya menangkap Ki
Ageng yang dianggap ?ngungkak krama? itu. Namun karena kesaktiannya
(perlindungan Allah) ia dapat lolos dari bahaya itu. Konon tongkatnya
ditancapkan di suatu tempat yang untuk sementara tongkat tersebut
berganti wujud persis seperti sosok Ki Ageng. Sementara para prajurit
menganiyaya Ki Ageng tiruan, Ki Ageng Somawangi dari jalan raya
menerobos melalui jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang
menjadi Desa Somawangi, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara.
Desa di mana Ki Ageng menerobos untuk menghindari kejaran prajurit
Banyumas (?rejaning jaman?) kemudian diberi nama ?Panerusan? yang pernah
menjadi desa perdikan berstatus ?Kademangan?. Sekarang menjadi nama
desa di Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok. Sebagai pembalasan atas
sikap Sang Adipati yang dianggap ?daksinya?, Ki Ageng Somawangi
memberikan ?sumpah serapah? atau ?kutuk pastunya? kepada trah Banyumas
terutama kepada yang menjabat sebagai ?priyayi? yakni barang siapa
diantara para keturunan Bupati Banyumas yang datang ke Desa Somawangi
dan melewati (menyeberangi) Kali Sidula (sungai kecil yang bermuara di
Kali Sapi), ?ndilalah? (kersaning Allah), jabatannya akan lepas atau
sekurang-kurangnya ?turun pangkat?. Apa hanya secara kebetulan atau
memang ampuhnya kutukan itu, konon ?sumpah serapah? itu benar-benar
mempan, sehingga sampai sekarang masih ada orang yang mempercayainya,
sekalipun bukan trah Bupati Banyumas. Siapakah Raden Somawangi (Ki Ageng
Somawangi)? Ia adalah cucu Ki Ageng Penjawi (nama samaran). Ki Ageng
Penjawi adalah mantan Bupati Pasantenan (Pai) yang karena konflik dengan
Kerajaan Mataram terpaksa hijrah ke wilayah Banyumas yang lazim disebut
?daerah mancanegara?.
3. Cerita lain
menyebutkan bahwa salah satu saka guru Pendopo Si Panji (yang
dikeramatkan) berasal dari hutan belantara di daerah hulu Kali Serayu
Kabupaten Banjar (Banjarwalulembu). Konon hutan itu sangat ?wingit?
(Jawa ?sato mara sato mati jalma mara jalma mati?). Kata sehibul
hikayat, saka guru yang satu itu cenderung ingin kembali ke asalnya.
Namun ?keinginannya? itu tidak mungkin terlaksana. Setelah ada
penggabungan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Purwokerto tahun 1936,
atas prakarsa Adipati Aryo Sujiman Gandasubrata (Bupati Banyumas XX),
Pendopo ?Si Panji? pada bulan Januari 1937 dipindahkan dari Banyumas ke
Purwokerto. Barangkali terpengaruh kepercayaan-kepercayaan tersebut di
atas dan untuk menghindari hal-hal (peristiwa gaib) yang tidak
diinginkan, maka pemboyongan pendopo ?Si Panji? yang keramat itu tidak
melewati Sungai Serayu, tetapi melewati daerah Semarang.
1. BRAy YUDANEGARA 1
BalasHapus2. R T YUDANEGARA II
3. R Ap DANUREDJA
4. R M CANRA PATI DI MAKAMKAN DI GENTASARI SAMPANG
5. R DITAWANGSA IDEM
6. R Ngt KERTA DIWANGSA IDEM
7. R MADYASA DI SAMPANG
8 R SANPAIDI DI KARANG TENGAH SAMPANG
9 R Ngt TUMINAH DI KARANGTENGAH SAMPANG
10 R Ngt TARSEM
11 R SURATNO
kalau saya dari jalur
BalasHapusR.M Sayidin / Sunan Prabu amangkurat Agung I , menurunkan putera :
Bagus Raden Ayu Bandoro Klenting Kuning + Yudonegoro I, menurunkan putera :
R bagus Mali/Yudonegoro II ( banyumas ), menurunkan putera :
Raden Tumenggung Kedorean Nge Mertodiwidjoyo, menurunkan putera :
R.M Kertodimedjo (beji), menurunkan putera :
R.Ng. Mertodiwiryo (wedi, Klaten), menurunkan putera :
R.M. Soeromenggolo (Glondong I Desa Tursino),
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapus