SEJARAH BAGELEN
Tanah bagelen merupakan suatu
kawasan di selatan Jawa Tengah menurut tata negara Mataram masa Sultan Agung, (
FA Sutjipta 1963 ) yang disebut tanah bagelen terdiri dua bagian dalam satu
kesatuan yaitu wilayah bagelen di sebelah barat sungai progo sampai timur
sungai bogowonto disebut “Tumbak Anyar” dan yang kedua wilayah di barat sungai
Bogowonto sampai Timur Sungai Donan ( Cilacap ) yang disebut “Urut Sewu” . dua
wilayah Tumbak Anyar dan Urut Sewu itulah yang dinamakan Tanah Bagelen yang
melegenda.
Wilayah
Bagelen sekarang sudah terpecah menjadi beberapa Kabupaten yaitu Kabupaten
Kulon Progo, Kabupaten Purworejo ( gabungan kadipaten Kutoarjo dan Brengkelan
), Kabupaten Kebumen ( gabungan kadipaten Ambal, Gombong, Karanganyar, dan Kutowinangun
), Kabupaten Cilacap, ditambah Kabupaten Wonosobo, sisa dari wilayah yang
dahulu dikenal sebagai Urut Sewu atau Ledok.
Nama
Bagelen menurut Profesor Purbatjaraka (1954) seorang ahli sejarah Kuno, berasal
dari kata pagaluhan, wilayah yang masuk dalam kekuasaan kerajaan Galuh.
Berdasarkan penelitian Arkheologi Yogyakarta, ( Prayitno
Hadi S, 2007 ) teryata di pusat wilayah Bagelen tepatnya di Desa Bagelen dan
sekitarnya yang masuk dalam Kabupaten Purworejo, sekurang-kurangnya terdapat
sekitar 70 buah situs Megalitik dan Puluhan Situs Klasik Hindhu-Budha
Salah
satu tempat yang menarik adalah Desa Watukuro kecamatan Purwodadi, Purworejo,
lokasinya di muara sungai Bogowonto. Menurut Profesor DR. N J. Khrom (1950)
seorang ahli Purbakala di Desa ini dahulu terdapat tempat untuk Perabuan
Jenazah-jenazah Raja-Raja Mataram Hindhu, demikian juga asal usul Raja Mataram
Hindhu terbesar yaitu Diah Balitung. Sayang situs peninggalan purbakala di desa
Watukuro telah hilang akibat adanya sistem tanam paksa pada abad 19.
Peradaban
Jawa kuno menurut Supratikno Rahardjo (2001) bisa dibagi dalam dua periode
utama , pertama periode Jawa Tengah sekitar Abad 8 – 10 Masehi, periode
berikutnya periode setelah pusat pemerintahan pindah ke jawa timur. Menurut
Profesor Brandes (1889) di Pulau Jawa sebelum masuknya Pengaruh Hindhu,
berdasarkan bukti dan data-data Prasasti telah memiliki paling tidak 10 macam
kepandaian khusus yakni pertunjukan wayang, musik gamelan, seni syair,
pengrajin logam, sistem mata uang untuk perdagangan, navigasi, irigasi, ilmu
falak, dan sistem pemerintahan yang teratur.
Bagelen memiliki nilai dan karismatik sebagai sebuah wilayah. Wilayah yang luas -terdapat 20 kecamatan jika dibandingkan dengan kondisi administratif saat ini- dan terletak di Jawa Tengah bagian selatan (tepatnya di Yogyakarta) itu memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah tanah air. Operasi militer, perlawanan terhadap Kompeni, pembangunan candi (Prambanan dan Borobudur) merupakan beberapa bukti pentingnya wilayah tersebut.
Bukti-bukti kebesaran Bagelen tercatat sebagai berikut:
1. di era Majapahit, Raja Hayam Wuruk pernah memerintahkan untuk menyelesaikan pembangunan candi makam dan bangunan para leluhur, menjaga serta merawatnya dengan serius (Negarakertagama);
2. di era Demak, Sunan Kalijaga (anggota Wali Songo) mengunjungi dan menyebarkan Agama Islam di Bagelen serta mengangkat muridnya, Sunan Geseng untuk berdakwah di wilayah Bagelen;
3. di awal Dinasti Mataram, Panembahan Senopati menggalang persahabatan dengan para kenthol (tokoh-tokoh) Bagelen untuk menopang kekuasaannya.
4. ditemukannya bukti-bukti sejarah, seperti Lingga (52 buah), Yoni (13), stupa/Budhis (2), Megalith (22), Guci (4), Arca (38), Lumpang (24), Candi Batu atau berkasnya (8), Umpak Batu (16), Prasasti (3), Batu Bata (8), temuan lain (17), dan Umpak Masjid (20).
Tapi pada akhirnya, Bagelen sebagai sebuah kawasan yang solid akhirnya terpecah seiring dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) yang didesain oleh Kompeni Belanda untuk memecah Mataram menjadi dua kerajaan; Kasunanan Surakarta (Solo) dengan Sunan Paku Buwono III sebagai raja pertamanya, dan Kasultanan Yogyakarta dengan Sultan Hamengku Buwono I sebagai rajanya.
Sebagian masuk Solo, dan sisanya masuk Yogyakarta. Secara peradaban, Bagelen sudah terbelah. Abad XIX (1825-1830), Bagelen ikut dalam Perang Jawa. 3000 prajurit Bagelen di bawah kendali Pangeran Ontowiryo menyokong perjuangan Pangeran Diponegoro yang terpusat di Tegalrejo, Magelang. Saking kuatnya perlawanan Bagelen, Kompeni Belanda sampai harus menggunakan taktik Benteng Stelsel, dengan mambangun 25 buah benteng di kawasan Bagelen.
Usaha Belanda untuk semakin memperlemah Bagelen dilanjutkan di tahun 1901. Tanggal 1 Agustus, Bagelen dihapus secara karesidenan dan dilebur ke dalam Karesidenan Kedu. Selanjutnya Bagelen hanya dijadikan sebagai sebuah kecamatan saja. Kemudian Belanda juga membangun jalur transportasi Purworejo-Magelang untuk memudahkan pengawasan. Belanda juga menempatkan batalion militer reguler dengan dibantu serdadu negro (Ambon?). Kebijakan ini sangat nyata untuk menghilangkan jati diri Bagelen sebagai sebuah kawasan yang sangat berakar. Buku ringkas ini merupakan upaya penulis untuk melakukan rekonstruksi suatu aset nasional yang memiliki muatan lokal. Berikut penelusurannya:
LATAR BELAKANG MATARAM KUNO
Di Jawa Tengah abad VIII – X, ada kerajaan besar, bernama Medang yang terletak di Poh pitu. Kerajaan ini luas, dikenal subur dan makmur. Pusat kekuasaan dibagi menjadi dua; Pertama, negara yang bersifat internasional dengan beragama Budha, diperintah oleh Dinasti Syailendra. Kedua, negara yang diperintah oleh sepupunya yang beragama Syiwa. Kedua kerajaan ini berada dalam satu istana, dan disebut Kerajaan Medang i Bhumi Mataram. Berdasarkan prasasti berbahasa Melayu Kuno (Desa Sojomerto, Batang) memperkuat pendapat sejarawan Purbacaraka, bahwa hanya ada satu dinasti saja di Jawa Tengah, yakni Syailendra. Raja Sanjaya yang menganut Syiwa di kemudian hari menganjurkan putranya, Rakai Panangkaran untuk memeluk Budha. Menurut catatan Boechori, epigraf dan arkeolog, Syailendra merupakan penduduk asli Indonesia. Hal ini juga diperkuat oleh prasasti Wanua Tengah III (Temanggung) yang memuat silsilah raja-raja Mataram lengkap dengan tahunnya.
ASAL-MULA RAJA SANJAYA DAN TANAH BAGELEN
Berdasarkan prasasti Canggal (Sleman) menjelaskan: -ada sebuah pulau bernama Yawadwipa -negeri yang kaya raya akan padi, jewawut, dan tambang emas. -raja pertamanya : Raja Sanna. -setelah dia mangkat, diganti oleh ponakannya: Raja Sri Sanjaya Menurut catatan seorang sejarawan, Raja Sanjaya mendirikan kerajaan di Bagelen, satu abad kemudian dipindah ke Wonosobo. Sanjaya adalah keturunan raka-raka yang bergelar Syailendra, yang bermakna “Raja Gunung“, “Tuan yang Datang dari Gunung“. Atau, “Tuan yang Datang dari Kahyangan“, karena gunung menurut kepercayaan merupakan tempatnya para dewata.
Raja Sanjaya dikenal sebagai ahli kitab-kitab suci dan keprajuritan. Armada darat dan lautnya sangat kuat dan besar, sehingga dihormati oleh India, Irian, Tiongkok, hingga Afrika. Dia berhasil menaklukkan Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kerajaan Melayu, Kemis (Kamboja), Keling, Barus, dan Sriwijaya, dan Tiongkok pun diperanginya (from “Cerita Parahiyangan“).
Area Kerajaan Mataram Kuno (Bagelen) berbentuk segitiga. Ledok di bagian utara, dikelilingi Pegunungan Menoreh di sisi Barat dan Pegunungan Kendeng di utara dan basisnya di pantai selatan dengan puncaknya Gunung Perahu (Dieng), di lembah Sungai Bagawanta (Sungai Watukura, kitab sejarah Dinasti Tang Kuno 618-906). Catatan dinasti Tiongkok tersebut diperkuat juga oleh Van der Meulen yang menggunakan kitab “Cerita Parahiyangan” dan “Babad Tanah Jawi“.
Bagelen merupakan hasil proses nama yang final. Bermula Galuh/Galih, menjadi Pegaluhan/Pegalihan, menjadi Medanggele, Pagelen, lalu jadilah Bagelen. Dalam prasasti Tuk Mas (Desa Dakawu, Grabag-Magelang) yang menyebut adanya sungai yang seperti sungai Gangga, maka Medang i bhumi Mataram bermakna “Medang yang terletak di suatu negeri yang menyerupai Ibu” (lembah Sungai Gangga). Dieng diasumsikan sebagai Himalaya, Perpaduan Sungai Elo dan Progo disamakan sebagai Sungai Gangga, dan pegunungan Menoreh disamakan sebagai Pegunungan Widiya.
SILSILAH RAJA-RAJA MATARAM KUNO
Pada jaman Mataram Hiindhu, tersebutlah seorang raja yang bijaksana yang bernama Prabu Sowelocolo. Ia memiliki enam orang putra, masing-masing bernama Sri Moho Punggung, Sendang Garbo, Sarungkolo, Tunggul Ametung, Sri Getayu, dan Sri Panuhun.
Sri Panuhun memiliki seorang cucu, anak dari Joko Panuhun atau Joko Pramono yang bernama Roro Dilah atau Roro Wetan yang kemudian dikenal dengan sebutan Nyai Bagelen. Roro Dilah juga dapat disebut dengan Roro Wetan karena kedudukannya di daerah timur. Sri Getayu memiliki cucu dari putra Kayu Mutu bernama Awu-Awu Langit. Ia berkedudukan di Awu-Awu (Ngombol). Setelah dewasa, Roro Dilah menikah dengan Raden Awu-Awu Langit dan menetap di Hargopuro atau Hargorojo.
Dari pernikahan tersebut, Roro Dilah atau Roro Wetan dan Pangeran Awu-Awu Langit dianugrahi tiga orang putra, Bagus Gentha, Roro Pitrang dan Roro Taker.
Kesibukan Roro Wetan dan Awu-Awu Langit adalah bertani padi, ketan, dan kedelai, beternak sapi, ayam dan juga menenun. Konon karena tanahnya cocok untuk ditanami kedelai dan hasilnya melimpah maka wilayah tersebut dikenal dengan nama Medang Gelih atau Padelen dan sekarang disebut dengan Bagelen.
Roro Wetan atau Nyai Ageng Bagelen sosoknya tinggi besar dengan rambut terurai dan senang memakai kemben lurik. Beliau memiliki keistimewaan berupa kemampuan spiritualnya dan juga payudaranya yang sangat panjang sehingga ketika putra-putrinya ingin ngempeng, ia tinggal menyampirkan ke belakang.
Pada suatu ketika, Nyai Ageng Bagelen sedang asik menenun. Sebagaimana biasanya, ia menyampirkan payudaranya ke belakang supaya tidak mengganggu. Tidak disangka-sangka datang anak sapi menghampirinya, Nyai Ageng Bagelen mengira itu salah satu putra-putrinya yang ingin ngempeng. Tanpa menghiraukan kedatangan anak sapi tersebut ia terus asik menenun. Terkejutlah ia ketika menoleh, ternyata yang menyusu bukanlah anaknya tetapi anak sapi.
Kejadian tersebut membuat Nyai Ageng Bagelen merasa malu dan marah, sehingga menyebabkan pertengkaran dengan Raden Awu-Awu Langit. Dan akhirnya ia menyampaikan pesan untuk semua anak cucu beserta keturunannya, agar atau jangan tidak memelihara sapi.
Peristiwa yang memilukan atau menyedihkan juga terjadi kembali pada hari Selasa Wage. Pada waktu itu masih musim panen kedelai dan padi ketan hitam. Kedua putrinya Roro Pitrang dan Roro Taker masih senang bermain-main. Namun tidak sebagaimana biasanya, hingga sore hari kedua putri itu tidak kunjung pulang.
Selesai menenun Nyai Ageng Bagelen berusaha mencari. Karena tidak menemukannya, ia menanyakan kepada suaminya. Namun jawaban Raden Awu-Awu Langit sepertinya kurang mengenakan. Dengan perasaan marah dan jengkel dibongkar padi ketan hitam dan kedelai di dalam lumbung sehingga isinya berhamburan terlempar jauh hingga jatuh di desa Katesan dan Wingko Tinumpuk.
Betapa terkejutnya Nyai Ageng Bagelen ketika melihat kedua putri kesayangannya terbaring lemas pada lumbung padi tersebut. Setelah didekati ternyata mereka telah meninggal.
Semenjak peristiwa tersebut kehidupan Nyai Ageng Bagelen dengan Raden Awu-Awu Langit selalu diwarnai dengan pertengkaran. Akibatnya Raden Awu-Awu Langit memutuskan untuk pulang ke daerahnya, Awu-Awu, sedangkan Nyai Ageng Bagelen tetap tinggal di Bagelen untuk memerintah negeri.
Suatu ketika terdengar kabar bahwa Raden Awu-Awu Langit meninggal di desa Awu-Awu. Mendengar berita tersebut Nyai Ageng Bagelen merasa sedih dan berpesan kepada Raden Bagus Gentha bahwa anak cucu keturunannya dilarang atau berpantangan untuk bepergian atau jual beli, mengadakan hajad pada hari pasaran Wage, karena pada hari itu saat jatuhnya bencana dan merupakan hari yang naas. Selain itu orang-orang asli Bagelen juga berpantangan untuk menanam kedelai, memelihara lembu, memakai pakaian kain lurik, kebaya gadung melati dan kemben bagau tulis.
Setelah Nyai Ageng Bagelen menyampaikan pesan tersebut kepada Raden Bagus Gentha putranya, ia kemudian masuk ke kamarnya dan lemudian menghilang tanpa meninggalkan bekas atau “moksaâ€.
Selain itu Nyai Ageng Bagelen juga mengajarkan kepada anak cucu keturunannya agar melakukan tiga hal, yaitu: bersikap jujur, berpenampilan sederhana dan lebih baik memberi dari pada meminta.
Sepeninggalan Nyai Ageng Bagelen, kedudukan dan pemerintahan Bagelen digantikan oleh Raden Bagus Gentha.
Terima Kasih informasinya, saya saat ini sedang tertarik mempelajari sejarah tanah kelahiran saya di Bagelen, sejarah nya banyak sekali ternyata.. masih banyak yang harus saya gali tentang sejarah di Purworejo.
BalasHapusMampir juga yah di blog saya
http://blog-agus-sukmajaya.blogspot.co.id/
Maaf mas,ini saya mau cari tahu tentang asal usul bapak mertua saya yg sudah meninggal,,mana th ada sanak famili dia yg masih hidup di Purworejo,, namanya alam Raden puriyono
Hapussama mas.. konon kakek saya berasal dari bagelen..
HapusCoba njenengan hub kontak fb'nya mas Ronggo Panuntun.
Hapussiapa yg memeritah bagelen pada tahun 1500...?? barangkali ada yang tahu...??
BalasHapuskisah NYATA berbagi info...
BalasHapussaya belum lama ini
bulan juni 2016
tepat di hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016)
ku kena tipu
yg mengaku juru kunci
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
rumah juru kunci (PALSU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
ciri-ciri: orang kurus,kulit kuning sawo,tinggi 160cm+
melakukan pesugihan dana Goib
di desa pagundan
kampung dusun kliwon
kuningan (jawa)
tempat tinggal istri ke 1(TUA)
(anak 2 cowo)
juru kunci (PALSU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
mempunyai 3 istri
selama menipu sebagai juru kunci PALSU 8 thn...
tempat makam keramat&sumur keramat
desa pagundan (TIPUAN/PENIPU)
kampung dusun kliwon (KUNINGAN)
aku hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016) melakukan ritual selama 3x..(Ritual)...
sampai aku merogoh kocek ku sebesar 35jt lebih...
membeli CERUTU JANGKRIK (komplit)
35pcs x 600rb = 21 jt
mebeli sesaji (komplit):
nasi tumpeng
buah,menyan,kembang dll
sebesar 14jt lebih...
juru kunci (MENIPU KU)
a/n:Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
alamat Rumah tinggal >>>>
istri (MUDA) ke 2 anak 4 (3 cewek 1 laki)
Desa sidarja
kampung cisalak
blok pahing
kecamatan ciawi gebang
kabupaten kuningan (jawa)
Rumah a/n:Ading 36thn (PENIPU)
yg mengaku juru kunci..
di belakang sekolah SD negri
turun lapangan bola
sidaraja kuningan
ku mengadakan Ritual dana goib
hari jumat (10-6-2016) sampai hari minggu (12-6-2016)
di makam keramat & sumur keramat
di desa pagundan
kampung dusun kliwon (KUNINGAN)
selama 3x...(3 hari komplit sesajen)
tepat ritual yg ke 3 hari minggu,
juru kunci PALSU
a/n: Ading 36thn (PENIPU)
hp.081223871269
berkata di makam keramat,mengatakan uang dana goib,akan di antar langsung oleh arwah makam keramat
desa pagundan
kampung dusun kliwon (kuningan)
tepat jam 1 malam di Rumah aku
tggu di jembatan ke5 dekat Rumah ku
setelah melakukan ritual yg ke3x..
(komplit sesajen dari ke 1x-3x)
ku lansung bergegas pulang ke Rumah
dan ku sampai di jembatan yg ke5
hari minggu pkl 11 malam...
ku tunggu,sambil baca mantra panggil arwah makam keramat
ku baca mantra sampai pkl 3 subuh (minggu 12-6-2016)
arwah makam keramat tak kunjung hadir/datang...
juru kunci PALSU
a/n:Ading 36 thn (PENIPU)
hp.081223871269
ku tlp&sms juru kunci palsu itu
tidak di angkat&tidak membalas sms ku sama sekali (ku di tipu)..
hati-hati saudara ku
jangan mudah percaya,apa lagi baru kenal&mengaku juru kunci,paranormal,dukun dsb
(modus penipuan)
www.ading36thn_penipuan.com
sekian dan terima kasih
alamat rumah yg di tinggal&di tempati >>>>
juru kunci (PALSU)
a/n: Ading 36 thn (PENIPU)
hp.081223871269
istri (MUDA) ke 2 mempuyai
anak 4 (cewe 3 cowo 1)
desa sidarja
kampung cisalak
desa pahing
kecamatan ciawi gebang
kabupaten kuningan (jawa)
di belakang SD NEGRI
SiDARAJA KUNINGAN
saya orang purworejo sejak kecil makanya tidak pernah lihat orang purworejo punya sapi paling banter kerbau sama kambing.saya juga pengen banget kabupaten purworejo berubah menjadi kabupaten bagelen.
BalasHapuskalau misalnya kabupaten purworejo berubah jadi kabupaten bagelen rakyat purworejo setuju tidak ya....
BalasHapusSetuju😀
BalasHapusSetuju😀
BalasHapusNek di kupas tuntas sakbenere bagelen kui luas bgt ....sejawa tengah
BalasHapusBagus sekali gan artikelnya, menarik buat dibaca. Bermanfaat juga buat nambah ilmu pengetahuan tentang desa di Purworejo.
BalasHapusOiya gan, sekarang desa Tlogosono kecamatan Gebang kabupaten Purworejo sudah ada artikelnya lho gan...
menarik juga buat dibaca. Kunjungi:
http://bagusdiliat.blogspot.co.id/2017/01/sejarah-desa-tlogosono-kec-gebang-kab.html
mohon komentar nya ya gan tentang artikel nya.
saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m
BalasHapusKebetulan lagi bahas sejarah keluarga. Dan ternyata... Nenek buyut saya keterunan ke . 2 dari mbah bagelen. Karna bingung mbah bagelan itu apa terus serching... Sebenernya mbah bagelen tuh apa yah gelar atau gimana?
BalasHapusMas bomabad apakah kita bisa Cetingan...?
HapusMas minta info nya dong, soalnya sy juga keturunan dari Mbah bagelen
HapusSaya keturunan mbah bagelen yg ada di medan, kakek saya bernama Raden joyo winoto
HapusMas boleh minta nomer jg, kakek saya juga salah satu trah bagelen
HapusAdakah yang mengetahui siapakah sosok ghaib yang menamai diri sebagai eyang bogowonto ? Mohon bantuan infonya. Terimakasih
BalasHapusSaya menelusuri poro leluhur bapak saya , nama bapak saya Raden Soetoyo konon ceritanya masih keturunan dari Bagelen, sayang tidak banyak cerita yang saya dapatkan, namun dalam cerita buku keluarga ada cerita sebagai berikut :
BalasHapusRaden Mas Kertodikromo pada tahun 1865 di Kota Bagelen Jawab Tengah. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Chotidjah dan di karuniai 4 orang anak, yaitu :
BalasHapus1. Soniwati
2. Rng. Ranusastro
3. Resko
4. Wirjo Soewito
Saya keturunan Raden rng Ranu Sastro bang
HapusRm. Kertodikromo semasa hidupnya aktif dalam organisasi berjuang melawan penjajah Belanda. Berhubung dengan sikap beliau yang sangat keras dalam perjuangannya menentang penjajah Belanda, maka akibatnya Belanda selalu berusaha untuk menangkap nya. Untuk menghindari dari tangkapan Belanda ini, kemudian beliau bersama sama dengan keluarga melarikan diri ke Jawa timur, selanjutnya bertempat tinggal di Tumpang.
BalasHapusDi desa Tumpang beliau bersama kakak dan adik 2nya, masing masing bernama :
1. Soerijati... kakak
2. Kertodikromo...adik
Beliau terkenal dengan panggilan Mbah Kopral, disebabkan beliau pernah menjadi kompeni Belanda berpangkat kopral. Sedangkan yang bungsu adalah Mbah Mantri.
Setelah beberapa tahun kemudian Rm. Kertodikromo dapat masuk kerja di kantor pertanahan kabupaten Malang, dengan jabatan mantri ukur.
Saya waktu kecil pernah dengar ada keluarga yg disebut mbah Tumpang...klo tdk salah itu salah satu sdr kakek saya. Sbb kakek buyut saya istrinya banyak
HapusMbah saya bernama Raden Ranoesastro
BalasHapusDuluran berarti mas, aku juga,, dari Sastro sentono
HapusMbah Buyut Saya namanya Nyi Sapurah,keturunan Nyai Bagelen, suaminya namanya Ki Noyo Karso, apa ada Yg tau silsilah kerajaan Bagelen ya sampe Tahun 1900 an , saya ingin menelusuri silsilah keluarga saya, karna kata Mbah saya bahwa Mbah buyut saya itu adalah putri kerajaan bagelen yg lari menikah dg orang biasa (kakek buyut saya), tapi kakek buyut saya itu juga orang sakti, Beliau dimakamkan didepan makamnya Raja Jayabaya Kediri
HapusMbah buyut buyut saya asli Bagelen, beliau bernama Kasan Dikromo, beliau hijrah dari Bagelen ke Temanggung. Lalu menetap di dusun Wonokerso. Kalau cerita dari Mbah saya, beliau sempat ada kasus di Bagelen, lalu lari ke Temanggung. Beliau masih kerabat dr pejabat di Bagelen. (Menurut penuturan Mbah). Dari Mbah buyut buyut saya ke atas terputus sudah informasi jalurnya.
BalasHapusBuyut saya jg alsi Pugung, Bagelen Beliau bernama R. Kasan Jitno, dan hijrah ke Kutoarjo. Dahulu menurut orang tua saya Buyutnya merupakan Lurah pugung, (Eyang R. Udo Sentono)
HapusMbah buyut saya juga dari bagelen namanya mbah santak. Tapi informasi selengkapnya sy kurang tau krn sy tinggal di Aceh dan ingin menelusuri leluhur sy. Tapi blm juga mndapat informasi detilnya lagi....
BalasHapusMbah buyut saya juga asli desa bgelen.nm nya kasan mustar..rumh anak nya masih di blakang pesarean bagelen.bernama mbah Reso Pawiro anak pertama dari mbh buyut ku
BalasHapusEyang buyut saya jga dari bagelen,,,nmanya R.kasan mukibat.silsilah R.H.abdul sahid,saya tinggal dikebumen
HapusSaya Putro wayah dari kyai Hasan Mukibat dari jalur kyai Raden Masyhud yg ada di jember
HapusSuamiku asli situ paling 100meter ke makamny
BalasHapusAssalamualaikum,saya
BalasHapusingin pesarean Nyi Bagelen dapat menjadi salah satu wisata sejarah Kab.Purworejo, Pesarean Nyi Bagelen bersebelahan dengan rumah paman Ibu saya Sumarsih, paman Sunarto, beliau beserta keluarga juga ikut cawe-cawe merawat pesarean, putri beliau Ibu Yaam menjadi salah satu pengurus setelah purna tugas dari Biro Pusat statistik Jakarta, kami akan senang apabila ada yang merespon sehingga diharapkan kebersamaan kita dapat mengangkat martabat pesarean dan trah dari Nyi Bagelen, sebagaifaktasejarah dan bukan sebagai mitos.Wassalam
Saya ingin bergabung dengan grup Nyi Bagelen yang ada di Face Book, ini no hp saya 081314290200 nama Djoko Sudradjat anak Ibu Sumarsih.
BalasHapusSy sedang melacak peninggalan nyai dan kyai bagelen yg mungkin berkaitan dg Rakai Watukura, di wilayah kulon progo. Mohon info jika mengetahui, japri ke 081215503911. Nuwun.
BalasHapusKadipaten Tumbak Anyar bagaimana Sejarahnya, bagaimana Akhirnya, mohon admin jelaskan, mengapa Tumbak Anyar hilang...
BalasHapusAda yg tau gagak singodra?
BalasHapusSAYA CICIT DRI EYANG CITRO SUDARMO BAGELEN PURWOREJO
BalasHapusSaya cicit dari,R.Kasan mukibat bagelen,setiap tahun berkunjung,kumpul di masjid yg dikelilingi makam2 para leluhur bagelen.
BalasHapusSaya cicit dari,R.Kasan mukibat bagelen,setiap tahun berkunjung,kumpul di masjid yg dikelilingi makam2 para leluhur bagelen.
BalasHapuspendiri padukuhan kali cimanuk (kab.indramayu)sekrang.adalah R.arya wiralodra putra mahkota bagelen yg mendapat wangsit untuk babad alas di bantaran kali cimanuk(bersama ki tinggil).
BalasHapussaya cicit dr mbah nilo pawiro, tapi ga tau statsunya apa di bagelen
BalasHapusMembaca tentang ini, saya orang asli Indramayu turut serta bangga dengan Akar dasar sejarah Bagelen.
BalasHapusijin nyimak
BalasHapusSaya lagi penasaran, konon leluhur saya dari Ponorogo, yaitu Lembu Kanigoro/ joko Piturun/ Betoro Katong / putra Prabu Brawijaya V. Ibunya dari Bagelan. Kira kira ibunya itu siapa.
BalasHapusSimbah sy adalah seorang prajurit P. Diponegoro yg berasal dr Bagelen bernama mbah Awi berjuang bersama Pader Pangi, Kasan Ripangi yg berasal dari Demangan Yoga sampai di Ponorogo dan menetap di suatu desa ujung barat kota Ponorogo.
BalasHapusBarangkali ada keluarga dari Bagelen maupun Demangan, mohon informasinya. Maturnuwun
Mbah Awi jg ditemani anak angkatnya bernama Ali Mustofa
HapusTerimakasih artikel sejarah Bagelen, bisa menguatkan literasi sejarah saya dan saudara lainya, suwun
BalasHapus