LEGENDA
ASAL USUL DESA TURSINO
Sumber cerita : -
buku penyajian keputihan di perpustakaan
umum kutoarjo dan purworejo
-
Ahli waris daerah mutihan desa wirun
-
Sejarah Purworejo dan
Kutoarjo
Disusun kembali : Penilik dinas pendidikan dan kebudayaan Kab
Purworejo khususnya UPTD Kec.
Kutoarjo
Dahulu
kala diceritakan setelah kerajaan Majapahit runtuh, oleh pengaruh Islam,
kerajaan pindah dari Majapahit ( jawa timur ) ke Demak ( jawa tengah ).
Sultan yang pertama adalah Raden
Patah.
Diceritakan
setelah salah seorang wiratamtatama dari kerajaan Demak mengundurkan diri dari
jabatannya dan permohonan dikabulkan oleh sang Sultan dan oleh sang Sultan
dianjurkan/disarankan supaya untuk menguasai daerah selatan sekaligus
menyebarkan Agama Islam, selain itu diwajibkan setahun sekali untuk menghadap
ke Demak. Saran tersebut diterima oleh sang wirotomo, pengikut yang setia
sebagai pengiringnya adalah :
1.
Kyai Marchamah sebagai
penasehat spiritual sang Wirotomo. makamnya di desa wirun mutiha.
2.
Ki Ageng Umbul/mbah Umbul
bertugas membawa umbul-umbul kebesaran dan kebanggan kerajaan Demak. makamnya di desa karangrejo
3.
Ki Ageng Kagok. makamnya di desa kemadu
4.
Ki Ageng Tursuli/mbah
tursuli. makamnya di desa tursino
5.
Gamel Ketosari tugasnya
memelihara kuda.
6.
Gamel Marchamah tugasnya
memelihara kuda.
7.
Nyai Gesing/mbah gesing. makanya di desa kaligesing
Kyai Marchamah
selalu berdampingan dengan sang Wirotomo yang bertugas sebagai penasehat
spiritual juga memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai masalah umum dan
bidang keagamaan khususnya ajaran Islam.
Sang Wirotomo
mempunyai seekor kuda yang dapat terbang ( kuda Sembrani ). Kuda ini
pemeliharaannya diserahkan kepada gamel ketosari dan gamel marchamah.
Berangkatlah
sang wirotomo menuju ke arah selatan, rombongan sampailah di kaki gunung lawu,
disini rombongan berjumpa dengan pelarian pasukan majapahit yang tidak mau
tunduk kepada Demak, terjadilah peperangan. Tetapi karena rombongan sang
Wirotomo jauh lebih kecil dan sedikit dari pasukan Majapahit, terpaksa
mengundurkan diri dan melanjutkan perjalanan menuju arah Barat melalui daerah
Mbagelen.
Sampailah
rombongan disebuah hutan lebat yang terletak disebelah utara gunung tugel.
Oleh sang wirotomo rombongan
diperintahkan untuk beristirahat, setelah dipandang cukup untuk beristirahat,
pada hari itu juga diperintahkan membuka hutan/babat alas untuk pemukiman sang
wirotomo.
Atas
perintah sang wirotomo ke empat pengikut setianya juga diperintahkan membuka
hutan untuk tanah pemukiman masing-masing, dimulai dari kaki gunung tugel
sebelah utara.
Yang mendapat tugas :
1.
Ki Ageng Kagok. ( bukti makamnya di desa kemadu )
2.
Nayi Ageng Gesing. ( bukti makamnya di desa kaligesing )
3.
Ki Aeng Umbul. ( bukti makamnya di desa karangrejo )
4.
Ki Ageng Tursuli.( bukti makamnya di desa Tursino )
Seperti para
teman yang lain Ki ageng Tursuli membuka lahan hutan juga menjadikan areal
persawahaan di sebelah timur dengan berjalan lancar tidak mengalami kesukaran –
kesukaraan atau gangguan – gangguan.
Tempat
pemukiman Ki Ageng Tursuli disebut tursulian, ucapan lama-lama berubah
menjadi Tursinan, lalu menjadi Tursino sampai sekarang.
Di daerah
Tursino ada sebuah daerah atau dusun yang bernama “Njeblog” konon terjadi perselisihan antara Ki ageng Umbul dengan
Tokoh dari Pucang anom, peperanag ini terjadi selama tiga (3) hari.
Banyak
pohon-pohon tumbang dan temapt ini samapai rata, dan hingga sekarang tempat itu
disebut “Ngroto” letaknya disebelah
timur laut desa Karangrejo.
Akhirnya kedua
tokoh tersebut dipanggil oleh sang wirotomo dan dianjurkan berdamai, tetapi
tokoh dari pucang anom tidak bersedia, lalu sang wirotomo menugaskan Kyai
Marchamah untuk melayani tokoh dari Pucang anom/pucang agung, bayan.
Terjadilah
pertempuran sengit, tokoh pucang anom mengeluarkan pusaka andalannya berupa
sebuah ALU. Sejak saat itu tokoh
pucang anom disebut : Kyai sabuk Alu. Kyai marcomah juga mengeluarkan pusaka
pamungkasnya berupa BEDHUG.
Bedhug dipukul
seketika itu sabuk alu berubah menjai tiga (3) orang kembar lagi perkasa.
Bedhug terus dibunyikan ketiga
orang itu terpental kearah tiga penjuru.
Pusaka alunya jatuh di daerah ki
Ageng Tursuli tepatnya tempat jatuhnya pusaka sabuk alu tersebut menimbulkan
bunyi yang sangat dahsyat bagaikan ledakan Bom (njeblog). Daerah itu sampai
sekarang disebut “NJEBLOG”.
Sedang
R.M Soeromenggolo adalah generasi kedua pendiri desa tursino pada masa perang
Diponegoro/ Perang jawa tahun 1825-1830. R.M Soeromenggolo sendiri adalah
seorang bangsawan yang ditanam oleh kraton di desa tursino untuk menjadi Glondong yang juga mendukung dan menjadi pengikut setia Pangeran
Diponegoro, atas perintah Bupati pertama Kutoarjo yang juga menantu adipati
Sawunggaling II yang bernama RAA Soerokusumo, R.M Soeromenggolo diperintahkan
untuk menjadi glondong pertama/lurah pertama di desa Tursino. R.M Soeromenggolo adalha adik Patih Kutoarjo yang bernama R.ngabehi Djojo Prabongso yang
awal mulanya tinggal di desa kiyangkongrejo bersama istri pertamanya yang
berasal dari jogja. Akhirnya R.M Soeromenggolo pindah di desa tursino dan
memperistri keturunan Ki Ageng Tursuli.
R.M
Soeromenggolo sendiri pernah juga memimpin perang besar di desa Tursino bersama
pengiku-pengikiut setia pangeran Diponegoro, melawan Belanda bersama
antek-anteknya yang di dukung Bupati Purworejo pertama RAA Cokronegoro I, yang membantu belanda karena pengertianya
Pangeran Diponegoro yang pernah satu perguruan dengan RAA Cokronegoro I adalah
dianggap pemberontak. Karena kraton kartosuro dibawah pengaruh belanda/intrik belanda.
Konon
menurut literatur buku sejarah di perpustakaan Umum Kutoarjo peperangan
tersebut mengakibatkan Kyai loning gugur .
Kutoarjo,
20 februari 1986
An.
Kepala kantor depdikbud Kec kutoarjo
Penilik
kebudayaan,
M.P.
DARMODJO
NIP.
130 044 300
By. N. Kumolo Adi
By. N. Kumolo Adi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar