Senin, 01 Oktober 2012

PENDOPO SI PANJI KARYA YUDONEGORO I

Setelah Perang Diponegoro berakhir (1825-1830) daerah Banyumas dan Kedu (Bagelan) terlepas dari Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta dan berada langsung di bawah pemerintahan Hindia Belanda.

Jendral De Kock mengunjungi Banyumas pada bulan November 1831 dan dengan Keputusan Jendral Van Den Bosch tertanggal 18 Desember 1831 dibentuklah Karesidenan Banyumas yang terdiri dari lima Kabupaten, yaitu : Banyumas, Ajibarang, Purbalingga, Banjarnegara, dan Majenang.

Kabupaten Banyumas pada masa itu terdiri dari tiga distrik yaitu : Banyumas, Adirejo, dan Purworejo Klampok. Kabupaten Ajibarang terdiri dari tiga distrik yaitu : Ajibarang, Jambu (sekarang Jatilawang) dan Purwokerto.

Karena bencana angin topan selama 40 hari yang melanda Kabupaten Ajibarang pada tahun 1832, maka ibukota Kabupaten pada tanggal 6 Oktober 1832 dipindahkan ke Desa Paguwon, Distrik Purwokerto.

Bupati Ajibarang pada saat itu adalah Adipati Aryo Mertodirejo II yang dapat disebut juga sebagai Adipati Purwokerto I.

Rumah atau pendopo Kabupaten Banyumas dan Kota Banyumas didirkan pada tahun 1582 oleh Kyai Adipati Wargautama II yang dapat disebut sebagai Bupati Banyumas I dan dikenal pula dengan sebutan Kyai Adipati Mrapat. Kemudian Adipati Yudonegoro II (Bupati Banyumas VII tahun 1707-1743) memindahkan Kabupaten Banyumas agak ke sebelah timur dengan sekaligus membangun rumah Kabupaten berikut Pendoponya. Dan  yang sekarang terkenal dengan nama ?SI  PANJI?.

Banyak cerita yang berhubungan dengan pendopo ?Si Panji? dengan keanehannya. Cerita itu antara lain :

1.      Pada tanggal 21 s.d 23 Februari 1861 sebagaimana tersebut dimuka, kota Banyumas dilanda banjir hebat (Blabur Banyumas) karena meluapnya Kali Serayu. Sebagian pengungsi berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke atas pendopo "Si Panji". Setelah air bah surut, ternyata pendopo ini tidak mengalami kerusakan atau perubahan sedikitpun pada keempat tiangnya (saka guru). Bupati Banyumas pada masa itu adalah Raden Adipati Cokronegoro I yang menjabat sejak tahun 1831.

2.      Konon ketika pendopo itu akan dibangun, semua sesepuh/tokoh masyarakat Banyumas menyumbangkan calon saka guru pendopo atau bahan bangunan yang lain. Semua Ki Ageng telah memenuhi permintaan Sang Adipati, kecuali Ki Ageng Somawangi, sehingga ia dipanggil untuk menghadap Sang Adipati akan dimintai keterangannya. Menghadaplah Ki Ageng Somawangi memnuhi panggilan dinas Sang Adipati. Sementara itu pembangunan pendopo sedang dikerjakan. Untuk menebus kesalahannya, pada saat itu pula ia langsung menyerahkan saka guru pendopo yang ia ciptakan dari ?tatal? dan potongan-potongan kayu yang berserakan di sekitar kompleks pembangunan itu. Hal itu oleh Sang Adipati tidak disambut baik, bahkan sebaliknya itu dianggap suatu sikap ?pamer? atau mendemonstrasikan kebolehannya, akibatnya malahan ia dituduh berniat akan ?njongkeng kewibawaan? sang Adipati. Atas tuduhan yang kurang adil itu, Ki Ageng marah, segera meninggalkan Kadipaten tanpa pamit. Sang Adipati merasa sangat tersinggung, segera menyuruh prajurit kabupaten supaya menangkap Ki Ageng yang dianggap ?ngungkak krama? itu. Namun karena kesaktiannya (perlindungan Allah) ia dapat lolos dari bahaya itu. Konon tongkatnya ditancapkan di suatu tempat yang untuk sementara tongkat tersebut berganti wujud persis seperti sosok Ki Ageng. Sementara para prajurit menganiyaya Ki Ageng tiruan, Ki Ageng Somawangi dari jalan raya menerobos melalui jalan setapak menuju padepokannya yang sekarang menjadi Desa Somawangi, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Desa di mana Ki Ageng menerobos untuk menghindari kejaran prajurit Banyumas (?rejaning jaman?) kemudian diberi nama ?Panerusan? yang pernah menjadi desa perdikan berstatus ?Kademangan?. Sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok. Sebagai pembalasan atas sikap Sang Adipati yang dianggap ?daksinya?, Ki Ageng Somawangi memberikan ?sumpah serapah? atau ?kutuk pastunya? kepada trah Banyumas terutama kepada yang menjabat sebagai ?priyayi? yakni barang siapa diantara para keturunan Bupati Banyumas yang datang ke Desa Somawangi dan melewati (menyeberangi) Kali Sidula (sungai kecil yang bermuara di Kali Sapi), ?ndilalah? (kersaning Allah), jabatannya akan lepas atau sekurang-kurangnya ?turun pangkat?. Apa hanya secara kebetulan atau memang ampuhnya kutukan itu, konon ?sumpah serapah? itu benar-benar mempan, sehingga sampai sekarang masih ada orang yang mempercayainya, sekalipun bukan trah Bupati Banyumas. Siapakah Raden Somawangi (Ki Ageng Somawangi)? Ia adalah cucu Ki Ageng Penjawi (nama samaran). Ki Ageng Penjawi adalah mantan Bupati Pasantenan (Pai) yang karena konflik dengan Kerajaan Mataram terpaksa hijrah ke wilayah Banyumas yang lazim disebut ?daerah mancanegara?.

3.      Cerita lain menyebutkan bahwa salah satu saka guru Pendopo Si Panji (yang dikeramatkan) berasal dari hutan belantara di daerah hulu Kali Serayu Kabupaten Banjar (Banjarwalulembu). Konon hutan itu sangat ?wingit? (Jawa ?sato mara sato mati jalma mara jalma mati?).  Kata sehibul hikayat, saka guru yang satu itu cenderung ingin kembali ke asalnya. Namun ?keinginannya? itu tidak mungkin terlaksana. Setelah ada penggabungan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Purwokerto tahun 1936, atas prakarsa Adipati Aryo Sujiman Gandasubrata (Bupati Banyumas XX), Pendopo ?Si Panji? pada bulan Januari 1937 dipindahkan dari Banyumas ke Purwokerto. Barangkali terpengaruh kepercayaan-kepercayaan tersebut di atas dan untuk menghindari hal-hal (peristiwa gaib) yang tidak diinginkan, maka pemboyongan pendopo ?Si Panji? yang keramat itu tidak melewati Sungai Serayu, tetapi melewati daerah Semarang.    

3 komentar:

  1. 1. BRAy YUDANEGARA 1
    2. R T YUDANEGARA II
    3. R Ap DANUREDJA
    4. R M CANRA PATI DI MAKAMKAN DI GENTASARI SAMPANG
    5. R DITAWANGSA IDEM
    6. R Ngt KERTA DIWANGSA IDEM
    7. R MADYASA DI SAMPANG
    8 R SANPAIDI DI KARANG TENGAH SAMPANG
    9 R Ngt TUMINAH DI KARANGTENGAH SAMPANG
    10 R Ngt TARSEM
    11 R SURATNO

    BalasHapus
  2. kalau saya dari jalur
    R.M Sayidin / Sunan Prabu amangkurat Agung I , menurunkan putera :
    Bagus Raden Ayu Bandoro Klenting Kuning + Yudonegoro I, menurunkan putera :
    R bagus Mali/Yudonegoro II ( banyumas ), menurunkan putera :
    Raden Tumenggung Kedorean Nge Mertodiwidjoyo, menurunkan putera :
    R.M Kertodimedjo (beji), menurunkan putera :
    R.Ng. Mertodiwiryo (wedi, Klaten), menurunkan putera :
    R.M. Soeromenggolo (Glondong I Desa Tursino),

    BalasHapus
  3. saya atas nama BPK. SAMSUL dari MADURA ingin mengucapkan banyak terimah kasih kepada MBAH KARYO,kalau bukan karna bantuannya munkin sekaran saya sudah terlantar dan tidak pernaah terpikirkan oleh saya kalau saya sdh bisa sesukses ini dan saya tdk menyanka klau MBAH KARYO bisa sehebat ini menembuskan semua no,,jika anda ingin seperti saya silahkan hubungi MBAH KARYO no ini 082301536999 saya yakin anda tdk akan pernah menyesal klau sudah berhubungan dgn MBAH KARYO dan jgn percaya klau ada yg menggunakan pesan ini klau bukan nama BPK. SAMSUL dan bukan nama MBAH KARYO krna itu cuma palsu.m

    BalasHapus